Jakarta – Calon Presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, membeberkan sejumlah pelanggaran pemilu yang seperti dibiarkan bahkan didiamkan.
Hal itu, diungkapkan Ganjar Pranowo dalam wawancara eksklusif dengan Pemimpin Redaksi TvOne, Karni Ilyas, di Jakarta.
Menurut Ganjar, rekaman suara mengenai arahan mendukung paslon tertentu di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, yang diindikasikan sebagai percakapan Forkopimda, meskipun beredar luas, namun tidak ada yang mendesak untuk mengungkap kebenaran atau fakta rekaman tersebut.
“Coba kejadian di Kabupaten Batu Bara, di Sumatera Utara, ada rekaman suara yang diindikasikan itu Forkopimda, kenapa tidak ada yang mendesak agar dilakukan digital forensik?” kata Ganjar.
Masih di Sumatera Utara, ada laporan mengenai pengarahan guru di Kota Medan untuk mengusung paslon tertentu, tidak ada juga yang memproses masalah tersebut.
“Kok tidak ada yang nge-push? Aneh kan? Nah, yang begini-begini ini fakta kan bang, potensi-potensi penyalahgunaannya sudah ada dan kemudian dibiarkan, oh tidak fair,” ungkap Ganjar.
Karni kemudian menanyakan hal-hal apa saja yang dialami Paslon 3, yang dianggap sebagai pelanggaran hingga tekanan. Dengan gamblang Ganjar menyampaikan salah satunya adalah pencopotan baliho pasangan calon (paslon) Nomor Urut 3.
“Kalau awalnya Bang Karni, waktu itu terkait pencopotan APK (alat peraga kampanye) saya,” ujar Ganjar.
Kemudian, lanjutnya, kasus Aiman Witjaksono yang diperiksa meskipun sudah disampaikan dia mendapatkan informasi yang dilindungi karena profesi sebagai jurnalis.
Selanjutnya, kasus Palti yang ditangkap polisi, karena meng-upload rekaman pembicaraan di Kabupaten Batu Bara dia diperiksa. Padahal itu rekaman yang kesekian kali yang pernah diupload.
“Nah contoh-contoh seperti itu yang harus dihentikan, kita harus protes agar pemilu ini makin demokratis dan berjalan baik,” ujar Ganjar.
Meski ada pelanggaran pemilu dan tekanan yang diarahkan ke kubu Paslon 3, Ganjar mengaku partai politik (parpol) pengusung, relawan, hingga Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud terus bekerja untuk menggalang dukungan sesuai aturan.
Tidak Mengeluh
Capres berambut putih itu juga menyampaikan bahwa seluruh tim Paslon 3 tidak mengeluh, meskipun mendapat perlakuan yang tidak adil. Hal itu, justru menumbuhkan semangat untuk menggalang kekuatan hingga ke akar rumput.
“Kita tidak mengeluh, kita bekerja terus, maka saya bilang kalau kita sudah sesuai aturan dan mereka kemudian mengganggu, tabrak. Masa kita ngeluh terus kayak orang enggak punya kekuatan yang tidak bisa mengorganisasikan dan mengedukasi masalah ini.
Ketika ditanya Karni mengenai tekanan secara pribadi yang dialami, Ganjar mengaku tidak ada. Hal itu mungkin disebabkan ada rasa sungkan untuk menekan karena dulunya penguasa berada dalam satu kubu dengan paslon 2.
Ganjar kemudian memberikan jawaban tegas bahwa dia juga tidak takut dengan tekanan karena dibesarkan oleh partai yang sudah kenyang dengan tekanan penguasa.
“Bang, saya PDI Perjuangan bang, 27 Juli 1996 kantor kami diserbu. Kurang apa? Ditindas kurang apa? Bagaimana cara kita melawan inkonstitusional, kita pernah kalah, kita pernah menang. Ini kepercayaan masyarakat, jadi tidak usah takut. Ada cara melawan yang baik,” tutur Ganjar.