Jakarta – Pengamat Politik Airlangga Pribadi Kusman menyoroti penampilan calon wakil presiden (cawapres) nomor 02 Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres yang digelar KPU, pada Minggu (21/1/2024). Menurutnya, penampilan Gibran dalam debat cawapres kedua memperlihatkan persoalan etis, etiket (tata krama) dan ketidakmampuan dalam memahami persoalan.
Ia mencontohkan, misalnya ketika Gibran bertanya terkait inflasi hijau (greenflation) kepada cawapres nomor urut 03 Mahfud MD. Airlangga menuturkan, penjelasan Gibran justru terkesan menggurui Prof Mahfud, namun tidak memberikan kejelasan atau pencerahan yang jelas.
“Sudah tepat ketika Prof Mahfud menyatakan pertanyaan dan pernyataan recehan untuk jawaban Gibran. Hal ini justru menunjukkan lemahnya etika, etiket dan kegagalan memahami persoalan dari Gibran yang membongkar kamuflase kesantunan yang selama ini ditampilkan,” kata Airlangga.
Dosen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini mengatakan, Gibran tidak memberikan penjelasan jawaban, namun langsung melompat dengan memberikan contoh aksi demonstrasi di Prancis. Sebaliknya, jawaban dari Mahfud MD sudah tepat.
Airlangga menjelaskan, makna dari greenflation itu adalah ketika biaya untuk renewable and green economy dalam transisi ekonomi naik melebihi kalkulasi market, sehingga membuat pelaku ekonomi enggan untuk melakukan transisi menuju ekonomi hijau.
“Justru jawaban Prof Mahfud dalam hal ini benar, kultur Madura yang terbiasa dalam melakukan recycle barang ekonomi dan mengelolanya bagi ekonomi hijau, justu memiliki peran sebagai cultural capital (modal budaya) yang penting untuk menurunkan inflasi hijau,” katanya.
Penampilan Gibran, lanjutnya, justru membongkar kamuflase kesantunan atau citra santun yang selama ini ingin ditampilkan Gibran kepada publik. Gibran terkesan sengaja ingin menjatuhkan Cak Imin maupun Prof Mahfud, namun upayanya tidak berhasil.
“Kita bisa menyaksikan saat ketika Gibran berusaha menjatuhkan Cak Imin dengan menyebut pertanyaan dapat bocoran dari Tom Lembong jelas tidak ada fakta, dan memperlihatkan minusnya tata krama dengan menyebut orang lain dengan tujuan menjatuhkan orang,” jelasnya.
Dia menduga, langkah Gibran yang agresif dan cenderung menyerang sengaja dilakukan untuk membalas penampilan Prabowo yang terkesan emosional dan kalah dalam debat capres kedua.
“Kalau saya lihat langkah agresif cenderung menyerang dari Gibran ini untuk membalas dalam debat capres kemarin ketika Prabowo terkesan emosional dan kalah dalam debat terkait dengan isu kepemilikan lahan dan transparansi anggaran Kemenhan,” kata Airlangga.