Kendari – Sekeluar dari Bandara Haluoleo, tempat pertama yang dituju Nur Alam saat kembali ke Kendari, 18 Januari lalu adalah Masjid Terapung Al-Alam. Tentu Gubernur Sulawesi Utara 2008-2017 itu punya alasan tersendiri atas rute yang disusun setelah 6 tahun 6 bulan menjalani masa hukuman di Jakarta dan Bandung. Masjid Al-Alam merupakan salah satu ‘legacy’ Nur Alam saat dua periode memimpin Sulawesi Tenggara, selain Jembatan Bahteramas, RSUD Bahteramas dan karya-karya lain.
Pukul 13.00 Waktu Indonesia Tengah, masih bertepatan dengan waktu Shalat Dzuhur, Nur Alam disambut ribuan warga di Masjid Al-Alam yang berada di Teluk Kendari. Warga sangat membanggakan kehadiran Nur Alam di ‘Bumi Anoa’, julukan Provinsi Sulawesi Utara, terlebih karena kembali menginjakkan kaki di lokasi yang disebut sebagai masjid terapung terbesar ketiga di dunia. Kemegahan masjid ini disejajarkan dengan Masjid Al-Rahma di Jeddah, Arab Saudi atau Masjid Malaka Malaysia.
“Saya masih ingat, 17 Agustus 2010, bertepatan dengan 7 Ramadhan 1436 hijriah, tiang pancang pertama masjid ditancapkan. Kemudian, penggunaan pertama Masjid Al-Alam pada 7 Februari 2018,” kata Imam Besar Masjid Al Alam, Ustad Muhammad Sabir.
Ia menyebut Nur Alam merupakan sosok pemimpin Sultra yang sangat mencintai daerah dan masyarakat, terbukti dari langkah Nur Alam membangun masjid megah ini. Sabir mengutip, di dalam suatu riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.”
Setiba di Masjid Al-Alam, Nur Alam langsung bersujud syukur di masjid yang disebut sebagai tempat terakhirnya berdoa sebelum diangkut ke Jakarta atas dugaan kasus korupsi yang menimpanya saat itu.
Ia juga menyebutkan, doa terakhir di tempat itu adalah ia memohon agar pembangunan Masjid Al-Alam Kendari bisa tuntas meskipun dirinya harus dipenjara. Kemudian, ia juga meminta meski dirinya di penjara masyarakat Sultra masih bisa menerimanya kembali saat akan bebas dari penjara.
“Saya telah menjalani hukum positif dan juga hukum sosial. Setiap orang tentu punya persepsi, dugaan, kalkulasi, dan ekspektasi sendiri. Tapi, saya lebih berserah kepada Allah, karena yang baik bagi manusia, belum tentu baik bagi Allah,” kata pria kelahiran Konda, Konawe Selatan, 56 tahun silam itu.
Masjid Al-Alam bukan saja mempesona dari sisi arsitektur bangunannya, tetapi kelebihan lainnya adalah karena hamparan plaza terbuka di depan masjid. Masjid itu memiliki begitu banyak spot yang indah, terutama saat sunset dan sunrise tiba.
Kemegahan Masjid Al-Alam Kendari memiliki empat menara, dua menara di sisi timur menjulang tinggi, bagaikan menara Burj Al-Arab di Dubai Uni Emrat Arab.
Ketinggian menara depan mesjid Al-Alam mencapai 321 meter. Konstruksi menaranya juga unik, lebar di bawah dan meruncing ke atas. Sedangkan, dua menara lainnya lebih rendah dengan disain melembung pada bagian tengah kemudian meruncing ke atas. Desain keseluruhan menara dinominasi dengan warna biru dan diselingi cat putih.
Kubahnya dominan berwarna emas, pada ujung kubahnya terdapat simbol bulan bintang. Hal itu menjadi simbol masjid pada umumnya.
Kubah utama, berbentuk dasar setengah lingkaran dengan sistem buka tutup menyerupai kelopak bunga. Jumlahnya, sebanyak delapan unit.
Bukan tanpa makna, angka ini merupakan simbol konsep Islam dan konsep lokal pahlawan setempat yaitu Haluoleo. Menurut penjelasan pemerintah terkait, kubah Masjid Al-Alam konstruksinya didatangkan langsung dari negara Jerman.
Masjid ini disekat dengan sembilan pilar di setiap sisi masjid, sehingga konstruksinya begitu kokoh. Pada bagian atas tembok kanan dan kiri terpampang nama Masjid Al-Alam berwarna putih. Tulisan itu menyala saat senja tiba sekaligus mempercantik keindahan Masjid Al-Alam. Pondasi Masjid Al-Alam tertancap ke dasar Teluk Kendari, sehingga, menimbulkan kesan pandang seolah masjid ini melayang di permukaan air laut. Pada saat tertentu, di mana air laut surut dapat wilayah sekitar memperlihatkan dasar teluk.
Kembali ke Kendari, Nur Alam langsung menuju masjid megah yang digagasnya, yang tak sempat diresmikan ketika pembangunan masjid selesai.