Jakarta – Indonesia Political Expert (IPE) merilis hasiul survei terbarunya mengenai elektabilitas Pasangan Capres-Cawapres. Berdasarkan hasil survei sejak September 2023 hingga Januari 2024 menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MDmeningkat sebesar 4,39 persen.
Sementara pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka cenderung berubah dibandingkan 2,82 persen. Sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 4,10 persen.
“Apa yang dilakukan pasangan Amin dan Ganjar-Mahfud, mereka berusaha kampanye dengan mengeksplorasi potensi yang dimiliki. Dan saya melihatnya ini strategi dampak bukan output, sementara 02 strategi output yang viral paling lama tiga minggu,” ujar Direktur Riset dan Survei IPE, Agustanto Suprayoghi, Kamis (18/1/2024).
Sementara, Pengamat Politik yang turut hadir dalam rilis survei, Ray Rangkuti menyebut terdapat beberapa faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran macet. Faktor tersebut antara lain tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berimbas kepada pasangan nomor urut dua, model kampanye yang monoton, hingga isu dinasti politik di kalangan mahasiswa dan masyarakat.
“Tingkat kepuasan Pak Jokowi hari demi hari turun. Pasti berimbas tertahannya pasangan 02. Goyang gemoy, makan siang, dan susu gratis juga kehilangan pamor alias tidak lagi menjadi sesuatu yang viral. Kemudian model kampanye monoton, sementara pasangan 03 dan 01 terus berseliweran,” jelasnya.
“Dinasti politik ini menjadi isu yang mulai bekerja secara optimal, khususnya di kalangan mahasiswa. Bahkan, gerakan mahasiswa anti dinasti politik makin menguat,” tambahnya.
Di sisi lain, Ray mengungkapkan citra Ganjar sebagai penerus Presiden Jokowi semakin hari semakin menguat.
“Di survei juga memperlihatkan citra Pak Ganjar sebagai penerus Pak Jokowi lebih kuat dibandingkan Pak Prabowo yang semata-mata citranya nempel. Ini merupakan dua hal yang berbeda,” pungkasnya.
Sebagai informasi, survei IPE yang dilakukan sejak 2-16 Januari 2024 dengan jumlah responden sebanyak 2.400 Warga Negara Indonesia (WNI) dengan hak pilih, terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), berusia 17 tahun dan telah menikah. Lalu, survei dilakukan di 416 Kabupaten dan 98 Kota dengan metode random purposive, serta sampling error 2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.