Jakarta – Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), Filda Citra Yusgiantoro mengatakan, isu-isu tentang langkah-langkah konkret Indonesia mencapai target nol emisi karbon (net zero emissions) pada tahun 2060 dan transisi energi membutuhkan solusi sehingga menjadi elemen penting untuk dibahas pada Debat Cawapres. Apalagi, saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) untuk memenuhi kebutuhan energi.
Hal itu diungkapkan Filda menanggapi rencana Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia menggelar Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). Debat yang menghadirkan tiga Cawapres – Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD – mengusung tema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa.
“Isu-isu ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Diperlukan solusi untuk mencapai target penurunan emisi dan diversifikasi ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” kata Filda di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Sesuai Visi Misi, pasangan Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Mahfud MD meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) pada sistem kelistrikan nasional antara 25% hingga 30% pada tahun 2029.
Visi Misi Ganjar-Mahfud itu tertuang dalam lembaran resmi yang disampaikan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, pada 19 Oktober 2023. Pasangan Ganjar-Mahfud ingin memanfaatkan EBT sebagai generator pembaruan energi yang memiliki potensi hingga 3.700 GW secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Ia mengatakan, selain pencapaian nol emisi karbon dan transisi energi, isu perubahan iklim juga menjadi fokus perhatian dunia saat ini. Indonesia, khususnya dengan adanya Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Energy Transition Mechanism (ETM) setelah G20 pada dua tahun, lalu memiliki tanggung jawab lebih untuk melaksanakan transisi energi.
“Banyak sekali permasalahan di dalam transisi energi sehingga menjadi salah satu pembahasan utama hingga beberapa tahun kedepan,” imbuhnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2023, bauran energi terbarukan Indonesia mencapai 12,50% dan pemanfaatan panas bumi sekitar 2.175,7 MW (9,10%) dari total potensi panas bumi 23.966 MW. Isu panas bumi masih menjadi satu-satunya Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tidak tergantung cuaca seperti surya, angin, dan air.
“Optimalisasi panas bumi, tentu perlu dilakukan mengingat total potensi yang ada dan posisinya sebagai energi terbarukan dapat menjadi baseload bersama PLTA menggantikan PLTU. Namun, tetap perlu dipertimbangkan terkait isu lingkungan dan investasi di sektor panas bumi yang sering menjadi masalah. Selain itu, perlu adanya pengembangan sumber energi terbarukan lainnya, yang mulai dilirik investor, yaitu energi matahari mengingat harga teknologi ini yang semakin kompetitif,” tandasnya.