Jombang– Ingin memetik semangat perjuangan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo berziarah ke makam mantan Presiden ke-4 itu, komplek makam keluarga di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
“Setiap ziarah ke Tebu Ireng ini kalau saya melihat makamnya Gus Dur itu selalu menarik, Anda perhatikan batu nisannya, ada bahasa Arab, Inggris, Tiongkok dan Indonesia. Maka selalu yang kita ingat adalah semangat perjuangan beliau,” ujar Ganjar, di Tebu Ireng, Jumat (12/1/2024).
Semangat perjuangan Gus Dur yang dimaksud Ganjar adalah dalam menjaga Bhineka Tunggal Ika. Maka wajar, di tempat lain Gus Dur sangat dihormati. Ganjar mengingatkan kepada generasi muda sebagai penerus, agar selalu ingat semangat perjuangan Gus Dur, agar punya rasa toleransi, saling menghargai, saling menghormati yang tinggi.
“Yang tidak pernah saya lupa dalam kontestasi politik, baik minat loh ya, di atas politik itu ada kemanusiaan, Gus Dur selalu menyampaikan itu. Maka saya belajar betul, ini memberikan semangat kepada kita semua untuk menjaga pluralisme,” paparnya.
Dia menjelaskan, di Semarang ada sebuah komplek yang secara khusus menuliskan nama Gus Dur. Yang dimaksud Ganjar adalah kawasan Pecinan, tepatnya di gedung Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong atau Rasa Dharma, Gang Pinggir.
Nama Gus Dur terpampang di Sinci atau papan arwah yang letaknya berada di tengah-tengah Sinci lainnya dengan bentuk berbeda, sehingga mudah terlihat.
“Betapa penghormatan yang luar biasa. Generasi kita harus belajar betul dari Gus Dur,” tegasnya.
Ganjar menambahkan, secara khusus dirinya tak punya momen untuk bersinggungan langsung dengan Gus Dur. Dirinya hanya mengingat, bahwa dulu, sebelum terjadi kasus kudatuli (27 Juli 1996), Gus Dur kerap datang ke rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk berdiskusi.
“Biasanya antara jam 10 sampai 12 malam, beliau datang ke rumah Bu Mega di Kebagusan. Lalu Gus Dur minta dua mie instan. Saat itu saya lagi ngumpul di dapur sama Pak Taufik Kiemas. Lalu Gus Dur dengan Bu Mega bertemu di ruang kaca,” tutur Ganjar mengenang. Di ruang kaca, mereka berbincang-bincang sambil ketawa-ketiwi, entah apa yang dibicarakan, Ganjar menambahkan.
Meskipun belum pernah berinteraksi langsung, Ganjar bersyukur saat sekarang justru bisa berhubungan langsung dengan keluarga Gus Dur. Dia mengaku kerap bertemu dengan Shinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur.
Ganjar mengaku kagum dengan sosok Shinta Nuriyah yang setiap hari berpuasa, bahkan jarang tidur. Tak ayal, Ganjar mengaku jika bertemu Shinta Nuriyah, hati selalu adem.
“Saya merasa senang akhirnya sekarang bisa berkomunikasi dengan keluarga Gus Dur, keluarga besa seperti yang ada di sini (Tebu Ireng),” akunya.
Pada kesempatan sama, putri Gus Dur, Yenny Wahid mengaku hanya Ganjar Pranowo yang diajak sowan ke sang Ibu, Shinta Nuriyah. Keakraban mereka, kata Yenny, bukan karena politik, tapi karena kesamaan visi, lalu ada kesamaan kegemaran, yaitu sama-sama mengayomi masyarakat kecil.
“Dan Gus Dur itu kan pembela kaum mustad afin, orang-orang yang terpinggirkan,” imbuh Yenny.
Yenny berterus terang, Ganjar adalah sosok yang selalu mengayomi rakyat, khususnya dari kalangan tidak mampu, membangunkan rumah untuk mereka, mengayomi betul anak-anak yang tidak punya akses pendidikan.
“Ini salah satu semangat untuk mengayomi,” tegasnya.
Selain berziarah ke makam Gus Dur, Ganjar juga berziarah ke makam Bisri Syansuri (Mbah Bisri) dan Hasyim Wahid (Gus Im).