Semarang – Pengerahan kepala desa dan guru untuk medukung capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kembali terjadi. Kali ini di Jawa Tengah dan Banten.
Sebagaimana dilansir JPNN, Sejumlah kepala desa di Jawa Tengah diduga mendapatkan intimidasi dari pihak tertentu agar mau memilih pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Salah seorang kepala desa di Jawa Tengah yang menjadi narasumber terkait adanya intimidasi dari salah satu paslon capres-cawapres 2024 mengatakan intimidasi tersebut diterima beberapa kades di Jawa Tengah (Jateng) melalui pesan WhatApps. Tindakan menakut-nakuti itu dilakukan secara verbal.
“Sampai hari ini intimidasi secara langsung belum ada, cuma yang saya dengar ada beberapa teman kepala desa sudah mendapatkan pesan WhatApps dari teman kades lain diminta untuk mendukung paslon nomor urut dua,” kata sumber itu.
Intimidasi yang dialami para kades tersebut, kata dia, secara masif terjadi setelah pertemuan sejumlah asosiasi kades dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara pada Jumat (29/12). Agenda tertutup dihadiri oleh Perkumpulan Aparatur Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Papdesi), Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi), dan Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur.
“Pertemuan itu dihadiri Sekretaris Jenderal (Sekjen) Papdesi Senthot Rudi Prastiono, dan pengurus lainnya,” katanya yang juga termasuk anggota Papdesi itu
Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang disinyalir memaksa guru untuk menjadi tim sukses (timses) pasangan Capres dan Cawapres Prabowo-Gibran Rakabuming Raka. Salah seorang guru berinisial IF (25) mengaku dia diperintahkan kepala sekolah (kepsek) untuk menjadi timses dari pasangan nomor urut 2. Menurut IF, kepsek mengarahkan para guru menjadi timses atas perintah dari kepala Dindikbud Kabupaten Serang setelah melakukan pertemuan dalam jaringan (daring).
“Katanya perintah pak kadis (Dindikbud Kabupaten Serang) agar setiap desa memiliki satu kordes (koordinator desa) Prabowo-Gibran dari sekolah,” ucap IF.
Iamenegaskan desakan tersebut membuat para guru menjadi terbebani. Lantaran tidak semua mendukung Prabowo-Gibran. Selain itu, paksaan tersebut sudah tidak mencerminkan citra sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang netral dalam pemilu.