Jakarta – Jelang debat calon presiden (capres) malam nanti, Jaleswari Pramodhawardani, Deputi Kantor Staf Presiden yang memimpin urusan bidang politik, hukum, pertahanan, keamanan, dan hak asasi manusia (HAM) berbagi pendapat soal keberpihakan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo kepada perempuan.
Pertemuan kedua para capres pada panggung debat hari ini akan memperlihatkan kekuatan visi dan misi seputar tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, geopolitik, globalisasi, dan politik luar negeri.
“Topik debat capres kali ini terkesan jauh dari isu perempuan. Namun sebetulnya Ganjar-Mahfud memasukkan isu kejahatan kekerasan seksual, tindak pidana perdagangan orang, dan bicara nasib soal pekerja migran Indonesia.”
Selain itu, lanjutnya, ketika bicara soal kondisi dunia saat ini, Ganjar juga berpihak pada perempuan.
“Soal perdamaian di wilayah konflik, di palestina maupun kekerasan di Gaza yang semua korbannya adalah perempuan dan anak-anak juga akan ditekankan Mas Ganjar. Ini bentuk keseriusan terhadap persoalan perempuan dan anak dan kelompok inklusi lainnya,” kata perempuan yang akrab dipanggil Dani ini.
Diketahui, Dani juga menjabat sebagai Deputi Inklusi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud. Tim yang terdiri dari sejumlah perempuan pemimpin tersebut dibentuk khusus untuk merangkul kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat adat.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender, memastikan perempuan memiliki akses penuh terhadap pendidikan, pekerjaan dan tentu saja keputusan politik,” ucap Ganjar saat meresmikan dibentuknya tim inlusi TPN (17/11).
Terkait dengan tema debat capres, Dani mengatakan Ganjar-Mahfud punya program unggulan yang tidak dipikirkan oleh pasangan calon (paslon) lain.
“Sebagai anak polisi berpangkat rendah, Mas Ganjar paham betul kesulitan-kesulitannya. Program Kuliah Gratis Anak TNI dan POLRI akan yang menjamin lebih banyak anak TNI dan POLRI bergelar sarjana untuk meningkatkan ekonomi keluarga,” jelas Dani.
Lebih lanjut, Dani mengatakan, “Masih banyak terjadi di mana jika ada faktor kesulitan ekonomi, maka yang didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki, bukan anak perempuan. Program ini menjamin anak perempuan dari para tamtama dan bintara juga bisa dapat gelar sarjana.”
Berdasarkan Statistik dan Indikator Pendidikan Berwawasan Gender (Kemendikbudristek, 2023) kesenjangan antara laki-laki dan perempuan terlihat dari kondisi makin tinggi jenjang pendidikan maka makin rendah partisipasi siswa perempuan pada jenjang tersebut dibandingkan dengan laki-laki.