Jakarta – Visi misi dari calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan dinilai lebih spesifik dan fokus, dibanding capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hadi Rahmat Purnama.
Hadi yang merupakan pengajar Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI) menjelaskan, bahwa visi misi politik luar negeri Prabowo tidak ada yang spesifik.
“Isu politik dan global paslon nomor 2 tersebar dalam visi misinya, sehingga tidak fokus,” kata Hadi saat diwawancara perihal visi misi, dan gagasan para capres di bidang politik luar negeri, Sabtu (6/1/2024) di Jakarta.
Padahal, menurut Hadi, Indonesia harus memperlihatkan kepemimpinan di kawasan Asean, Indo Pasifik dan internasional. Di ASEAN misalnya, terjadi kevakuman kepemimpinan dan menjadi rebutan. Seharusnya, imbuh Hadi, Indonesia bisa lebih dapat memimpin dibanding negara anggota ASEAN lainnya.
Adapun politik luar negeri menjadi salah satu tema debat ketiga pemilihan presiden (Pilpres) 2024 yang akan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (7/1/2023) di Istora Senayan Jakarta.
Tugas Presiden Terpilih
Lebih lanjut, Hadi menyebut, bahwa presiden terpilih nanti harus mampu mempertegas posisi Indonesia di tengah konflik yang berkepanjangan.
“Saran saya adalah presiden terpilih harus dapat memberikan alternatif dalam penyelesaian konflik yang ada, dengan mengedepankan kepentingan nasional. Penyelesaian konflik yang ada sekarang masih befokus pada pilihan yang hanya menguntungkan negara-negara maju, tapi tidak negara-negara berkembang,” tukasnya.
Beberapa isu yang perlu diperhatikan presiden mendatang antara lain; perdagangan internasional, pengungsi Rohingya, lingkungan dan hak asasi manusia (HAM). Hal tersebut menjadi perhatian karena berkaitan dengan industrialisasi, investasi asing untuk membangun ekonomi Indonesia, dan persepsi demokrasi Indonesia di mata negara-negara lain di dunia.
Peraih gelar Magister Hukum (LL.M) dari Washington College of Law, American University itu menilai, bahwa beberapa isu tersebut tidak direspons dengan baik pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Posisi Indonesia, menurutnya, seringkali ambigu karena terlalu fokus pada masalah nasional, tapi kepentingan nasional tidak terefleksikan dalam diplomasi.
Visi Misi
Pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam visi misinya menyebut: Mempercepat peningkatan peran Indonesia dalam mewujudkan tata dunia baru yang lebih berkeadilan melalui politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat pertahanan negara.
Kemudian, berperan sentral dalam menata dunia baru yang mencakup: koeksistensi geopolitik progresif, perjanjian internasional 100% untuk kepentingan nasional (mengutamakan produk dalam negeri, daya saing). Selanjutnya, kedaulatan NKRI dengan Sistem Pertahanan 5.0.
Adapun paslon nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam misi poin ketujuh menyebut memperkuat sistem pertahanan dan keamanan negara, serta meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam kancah politik global untuk mewujudkan kepentingan nasional dan perdamaian dunia. Kemudian, menjadikan brand Indonesia sebagai soft power.
Ini mencakup diplomasi gelombang budaya dan kreasi melalui industri kreatif, kuliner, olahraga, pendidikan, pariwisata, kemanusiaan (melalui bantuan kemanusiaan). Selanjutnya, diplomasi oleh dan untuk rakyat.
Hal ini dilakukan dengan menciptakan tatanan dan regulasi internasional yang sesuai dengan aspirasi juga kepentingan rakyat Indonesia dan masyarakat dunia melalui penempatan perwakilan Indonesia dalam forum internasional; mengikutsertakan partisipasi diaspora, kerja sama aktor non-negara untuk kerja sama transnasional.