California – SpaceX meluncurkan 21 satelit baru untuk meningkatkan layanan internet Starlink pada hari Rabu (3/1). Satelit-satelit tersebut dibawa menggunakan roket Falcon 9 dari lokasi peluncuran SpaceX di Pantai Barat di Vandenberg SFB di California, Amerika Serikat. Enam satelit di antaranya digunakan untuk mengakomodir jaringan seluler yang mendukung teknologi direct to cell.
Dengan teknologi tersebut, seluruh operator seluler di dunia dapat menyediakan akses internet tanpa batas. Pengguna dapat berkirim pesan teks, menelepon, atau berselancar di internet dari lokasi manapun tanpa perlu mengubah komponen atau firmware pendukung. Sayangnya kecepatan yang diberikan kini masih di bawah jaringan seluler terrestrial.
“Satelit ini hanya mendukung sekitar 7 MB per zona. Walaupun ini solusi yang bagus untuk lokasi tanpa sinyal, kecepatannya tidak cukup bersaing dengan jaringan seluler terestrial yang ada,” jelas Elon Musk, pemilik SpaceX (4/1).
Kabar baiknya, pengembangan lebih lanjut sedang dipersiapkan. Layanan di tahun 2024 memang hanya mendukung SMS, tetapi pada tahun 2025 akan diperluas sehingga mampu mendukung panggilan suara dan data. Sekalipun terkendala pada kecepatan, layanan yang diberikan Starlink terbilang cukup kompetitif dibanding layanan telepon satelit yang disediakan Apple.
“Peluncuran satelit direct-to-cell pertama ini merupakan tonggak sejarah yang menarik bagi SpaceX untuk mendemonstrasikan teknologi kami,” kata Sara Spangelo, direktur senior SpaceX untuk Teknik Satelit.
Hingga saat ini sudah ada beberapa operator seluler yang mendaftar sebagai pengguna teknologi direct to cell. Selain T-Mobile dari Amerika Serikat, ada juga Rogers dari Kanada, KDDI dari Jepang, Optus dari Australia, One NZ dari Selandia Baru, Salt dari Swiss, serta Entel yang beroperasi di Chili dan Peru.