Addis Ababa – Ethiophia menandatangani perjanjian bersejarah dengan Somaliland, wilayah yang memisahkan diri dari Somalia. Perjanjian ditandatangani oleh Perdana Menteri Ethiophia Abiy Ahmed dan Presiden Somaliland Muse Bihi Abdi di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa pada 1 Januari 2024. Dengan demikian, Ethiopia kini dapat menggunakan pelabuhan Berbera di Laut Merah untuk melakukan perdagangan maritim.
“Hal ini sekarang telah disepakati dengan saudara-saudara kita di Somaliland dan MoU [nota kesepahaman] telah ditandatangani hari ini,” kata Abiy.
Dahulu Ethiophia memiliki akses ke laut melalui wilayah Eritrea. Namun karena konflik berkepanjangan selama tiga dekade, Eritrea akhirnya memisahkan diri pada tahun 1993. Sejak saat itulah Ethiophia tidak bisa memasarkan produknya melalui jalur laut. Satu-satunya akses ke laut hanya melalui Jibouti.
Melalui perjanjian dengan Somaliland, akses perdagangan maritim Ethiopia kini lebih besar. Ethiophia bisa mengakses laut merah melalui Teluk Aden dan menggunakannya sebagai pangkalan militer selama 50 tahun ke depan. Sebaliknya, Somaliland mendapat dua keuntungan utama. Pertama adalah memperoleh bagian saham Etiophian Airlines, maskapai penerbangan terbesar di Afrika. Kedua adalah pengakuan sebagai negara berdaulat dari Ethiophia.
“Ini juga memperkuat kemitraan keamanan, ekonomi dan politik mereka,” tambahnya.
Rashid Abdi, kepala analis Horn of Africa & Middle East dari Sahan Research, menyebut kini Athiophia mendapat akses ke Bab el-Mandep yang sangat strategis. Di sinilah hampir 12 persen perdagangan global dilakukan, sekaligus menjadi pusat konsentrasi angkatan laut yang terbesar. Masuknya Ethiophia jelas akan merubah tatanan yang ada. Dalam hal ini, Mesir dipastikan tidak akan senang.