Semarang – Di hadapan para pedagang mie dan bakso, calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyampaikan tiga persoalan utama yang dihadapi rakyat.
Persoalan tersebut pertama adalah lapangan pekerjaan, kedua persoalan ekonomi dan harga-harga, dan ketiga adalah masalah kepastian hukum di mana masyarakat tidak suka pemerintah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Masalah ekonomi yang dihadapi para pedagang mie dan bakso, menurut Ganjar, nasibnya sama persis dengan apa yang dialami para pedagang tempe dan tahu. Kalau pedagang bakso problemnya di daging, sedangkan pedagang tempe tahu persoalannya di kedelai.
“Pedagang tempe dan tahu kemudian punya koperasi, pedagang mie dan bakso juga harus punya koperasi,” papar Ganjar dalam acara Deklarasi Dukungan Apmiso kepada Ganjar Pranowo-Mahfud MD di GOR Satria, Semarang, Senin (1/1/2024).
Saat menjadi Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar pernah meminta kepada Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jateng untuk mengecek, kenapa harga beras tinggi di konsumen, tetapi harga di petani rendah. Apa jawaban BI, kata Ganjar. Ternyata betul, ada delapan perantara.
“Ini kalau kita potong separuhnya, empat saja, maka harga di tingkat petani akan tinggi, di tingkat konsumen rendah. Ini yang ambil untung di tengah,” tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Ganjar modernisasi pertanian sangat penting. Karena pengalaman, di Vietnam petani tidak menjual gabah, tetapi petani langsung menjual beras. Maka petani tidak hanya panen, tapi juga bisa mengeringkan gabahnya, maka yang dibutuhkan adalah dukungan teknologi, itulah yang harus dibantu, kata Ganjar.
Untuk daging, lanjut Ganjar, sudah saatnya di hulunya harus mengembangkan peternakan sapi. Dengan catatan, tidak sepenuhnya membeli dari Australia atau India dimana ada ancaman-ancaman zonasi yang membahayakan, seperti penyakit mulut dan kuku.
“Oleh karena itu kita butuh perbankan yang khusus memfasilitasi UMKM, agar UMKM bisa dapat akses dengan skema khusus, paling tidak suku bunganya kita turunkan,” tambah Ganjar.
Ditambahkan Ganjar, ketika pedagang mie dan bakso membutuhkan ada koperasinya, maka pada saat yang sama sebenarnya akses (permodalan) bisa diberikan.
“Sehingga siklus bisnisnya, rantai pasokan pedagang mie dan bakso ini tinggi sekali, dagingnya, terigunya, ada konsumennya, ada kios atau gerobaknya, maka ini menjadi ekosistem,” tandasnya.