Jakarta – Indonesia dan Jepang telah menyepakati 24 proyek kerja sama terkait transisi energi. Hal tersebut merupakan hasil pertemuan Asia Zero Emission Community (AZEC) Leaders’ Meeting di Tokyo pada Senin (18/12).
“Sebagai deliverables, terdapat 69 kerja sama transisi energi dalam kerangka AZEC dimana di antara 69 tersebut, 24 di antaranya adalah proyek transisi energi untuk Indonesia atau antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan Jepang,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam press briefing dikutip Selasa (19/12).
Jadi, dari 69 proyek kerja sama, 24 di antaranya berasal dari Indonesia yang didukung oleh Jepang, antara lain dengan PLN, dengan PPT Energy Trading Co Ltd, dengan Pupuk Indonesia, dengan OIKN, dan lain-lain.
Menurut Retno, ke-24 proyek kerja sama tersebut mencakup pelatihan untuk mempromosikan transisi energi, kemudian waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi Listrik, geothermal, green ammonia, dan lain sebagainya.
AZEC sendiri adalah platform kerja sama untuk mendorong pencapaian net-zero emission di kawasan, dimana Indonesia merupakan co-initiator bersama dengan Jepang.
Negara peserta AZEC selain Indonesia dan Jepang adalah Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Di dalam pertamuan AZEC Leaders’ Meeting, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) tekankan dua hal penting yang dapat meningkatkan peran platform kerja sama tersebut.
Pertama adalah pengakuan terhadap beragam jalur transisi energi. AZEC harus dapat mendukung penguatan upaya dekarbonisasi melalui pendanaan yang inklusif untuk mengembangkan berbagai proyek carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization storage (CCUS).
Kedua adalah pentingnya dukungan terhadap pendanaan inovatif. Jokowi mengangkat pentingnya scaling up pendanaan berkelanjutan, serta sinergi pemerintah, swasta, dan perbankan