Jakarta – Sejumlah negara-negara di Asia saat ini sedang mendiversivikasi impor pupuk mereka sejak China melakukan pembatasan pengiriman sejak 2021. Seperti contohnya Kora Selatan yang saat ini meningkatkan impor pupuk dari Indonesia.
Seperti diketahui, China adalah eksportir fosfat terbesar di dunia dan pemasok utama urea. Namun, China telah memberlakukan kuota ekspor dan birokrasi yang berbelit beberapa tahun ke belakang.
Beijing melakukan pembatasan ekspor untuk melindungi suplai domestik. Alhasil, ekspor urea China anjlok 24% menjadi 2,8 juta metrik ton pada 2022.
“Kami melakukan diversifikasi dengan menerima impor dari negara-negara seperti Vietnam, Indonesia dan Arab Saudi dan akan melanjutkan tren ini di masa mendatang,” ujar seorang pejabat dari salah satu distributor urea utama di Korsel, dilansir dari Reuters pada Selasa (19/12)
Selain Korsel, hal serupa juga dilakukan negara Asia lainnya. Melansir dari IDX, India meningkatkan impor urea dari Rusia, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA), sementara Malaysia membeli lebih banyak fosfat dari Vietnam dan Mesir.
India adalah salah satu pembeli pupuk terbesar di dunia. Namun, pengiriman urea dari China ke India anjlok hingga 58% pada paruh pertama tahun fiskal 2023-2024.
Pembatasan ekspor yang dilakukan China mendongkrak harga pupuk global. Harga di-ammonium fosfat (DAP) di Amerika Serikat (AS), patokan global untuk komoditas ini, telah naik 26% sejak pertengahan Juli menjadi USD617,30 per ton.
“Pasar global berada dalam ketidakpastian karena pembatasan ekspor China,” ujar Teo Tee Seng, direktur pelaksana pemasok pupuk dan bahan kimia pertanian Behn Meyer Agricare di Kuala Lumpur