Jakarta – Mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Tengah menggeruduk Balai Kota Solo untuk mengajak Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka debat. Namun, ratusan mahasiswa tersebut harus menelan pil pahit lantaran Gibran enggan keluar dari kantornya.
Presiden BEM Unisiri, Raafilla Anbiya mengatakan, setelah 1,5 jam melakukan orasi, Gibran tidak keluar dan menemui mereka. Dirinya mengaku kecewa dengan sikap Gibran yang tidak menemui mereka.
“Ya kecewa, karena tidak demokratis sekali. Secara etika seharusnya bekerja, harinya di kantor, harusnya mereka tahu, harusnya menyambangi kami, menanggapi isu yang kami lemparkan. Tapi hari ini kami kecewa tidak dihadiri dan menanggapi yang kami suarakan,” kata Raafilla.
Meski begitu, Raafilla mengaku akan mengundang Gibran lagi untuk bertemu dengan mereka untuk menggelar debat terbuka.
“Sebetulnya kami mengajak Mas Gibran debat hari ini karena merasa ketidakpuasan kita. Yang pertama etika tadi, etika hukum yang memang telah dilanggar, putusan MKMK yang sampai saat ini masih dilanggengkan untuk menjadi cawapres,” ujarnya.
Selain alasan itu, mereka juga merasa kecewa dengan Gibran. Salah satunya karena ketidakhadiran Gibran di acara kegiatan publik. Padahal mereka ingin melihat gagasan dari Gibran sebagai cawapres.
“Karena kami ingin melihat gagasan Mas Gibran seperti apa membawa negara ini,” ucapnya.
Massa mahasiswa juga sempat menyebut nama Presiden Jokowi dalam orasinya. Mereka menyoroti mengenai keluarga Jokowi yang ingin maju di pemerintahan.
“Kemarin Mas Kaesang ada beredar rumor menjadi Gubernur Jateng juga. Hari ini kami ingin harap partisipasi dalam kontestasi kekuasaan tidak hanya dimiliki satu keluarga. Jangan sampai terjadi kekacauan seperti di MK, langgengnya Gibran menjadi cawapres,” ungkapnya.
Pihaknya menuntut penegakan demokrasi. Dan partisipasi masyarakat bisa digunakan. Pihaknya merasa bahwa saat ini negara demokrasi terasa seperti kerajaan.
“Kami ingin masyarakat sejahtera, adil mendapatkan keadilan kesejahteraan masyarakat harus bisa dipenuhi, melihat negara kita demokrasi seumur jagung. Karena demokrasi hari ini sangat disayangkan, negara lama-lama jadi kerajaan,” jelasnya.
Raafilla menegaskan kegiatan ini tidak ditunggangi dari salah satu paslon.
“Kita organik hari ini kita bahkan kita kolektif bareng-bareng makanya seluruhnya sudah konsolidasi bareng-bareng,” ujar dia.