Karawang – Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan ke Rumah Pengasingan Presiden RI Pertama Soekarno (Bung Karno) di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Napak tilas Ganjar ke rumah pengasingan tersebut, dimaksudkan untuk merefleksikan pentingnya spirit kemandirian dan perjuangan. Bahwa perjuangan tidak selalu diberikan, tidak berharap dikasihkan, justru harus direbut.
“Semangat kemandirian, semangat perjuangan tidak selalu memberi, tidak berharap untuk diberi. Jadi kami bisa merebut, dan kami bisa lakukan sendiri, dan kami tidak bisa didikte, wah, itu keren semangat anak muda,” tegasnya, Jumat (15/12/2023).
Spirit Bung Karno inilah yang mesti ditiru, kata Ganjar. Semangat tersebut harus selalu ada di dalam pikiran dan hati, sehingga kita selalu berusaha, lebih mandiri.
Dijelaskannya, jika kita bicara lahirnya republik ini, banyak suku, ras, golongan yang terlibat. Banyak agama juga, bahkan negeri ini akhirnya disepakati dibangun secara bersama-sama, tidak ada klaim satu kelompok.
“Itu yang semua orang mesti tahu, tidak ada klaim satu kelompok. Ini sejarah yang mesti dilihat, jadi datanglah ke sini,” tegas Ganjar.
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini, sempat melihat-melihat sekitar rumah. Dia tampak serius memperhatikan sejumlah foto yang terpampang di ruang depan. Terlihat ada foto-foto Presiden Soekarno beserta istrinya, Fatmawati. Bahkan ada foto Guntur Soekarnoputra ketika masih kecil. Selanjutnya, ia masuk ke kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta.
“Kala kemerdekaan, Bung Karno diminta oleh anak-anak muda untuk segera merdeka, jangan mau dikasih sama Jepang. Itu sebuah spirit patriotisme dari anak-anak muda Indonesia saat itu. Patriotisme jangan sampai hilang,” tandas Ganjar.
Rumah pengasingan dengan dominan warna hijau tersebut adalah milik Djiauw Kie Song yang sekarang dirawat oleh cucunya, Yanto Djuhari bersama sang istri.
Rumah pengasingan tersebut adalah tempat dimana Bung Karno dan Bung Hatta ketika itu “diculik” para pemuda yang dikenal dengan nama Kelompok Menteng 31. Penculikan tersebut adalah untuk mengamankan keduanya (Bung Karno dan Bung Hatta) dari kejaran tentara Jepang. Aksi “penculikan” tersebut berlangsung pada 16 Agustus 1945.
Para pemuda inilah yang kemudian mendesak agar Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun mereka tidak menolak. Keesokan harinya, 17 Agustus 1945, barulah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, setelah keduanya diboyong kembali ke Jakarta dengan pengamanan begitu ketat.