Jakarta – Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menilai aksi pencopotan baliho Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 3, Mahfud MD di sekitar Universitas Faletehan, Banten, adalah tindakan keberpihakan kepada pasangan calon (Paslon) tertentu.
Guru besar ilmu politik ini khawatir aksi-aksi semacam ini bakal diikuti aksi aparat kepolisian maupun tentara, memobilisasi massa untuk menghadiri acara kampanye. Bahkan, mengarahkan pemilih untuk memilih atau tidak memilih paslon tertentu.
“Ini sudah mirip dengan praktik pemilu, pada era Orde Baru,” kata Ikrar di Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Sebelumnya, diberitakan bahwa sebanyak 70 spanduk hilang, yang dipasang dalam rangka menyambut kedatangan Mahfud MD di Universitas Faletehan, Banten, pada Rabu (13/12/2023).
Baliho-baliho itu dipasang pada malam hari menjelang kedatangan Mahfud ke Banten, Rabu (13/12/2023). Namun, pada dini harinya, baliho-baliho itu sudah raib.
“Netralitas lebih mudah diucapkan ketimbang dilaksanakan,” kata dia.
Sementara itu, Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo mengatakan akan melaporkan kepada pihak berwajib hilangnya 70 baliho saat Cawapres Mahfud MD berkampanye di Banten.
“Semua yang tidak benar kita akan laporkan,” kata Ganjar di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Ganjar menegaskan Paslon Nomor Urut 3 akan mengikuti segala aturan Pemilu dengan baik.
“Kami akan mengikuti segala aturan, tapi mari kita jaga demokrasi agar bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Secara terpisah, Direktur Hukum TPN Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Ronny Talapessy mengatakan, baliho tersebut hilang pada dini hari sebelum kedatangan Mahfud.
“Iya kami mendapat informasi kemarin ada spanduk, 70 baliho untuk menyambut kedatangan Prof Mahfud di Banten dipasang pada siang hari, tetapi pada pukul 03.00 WIB pagi sudah hilang. Jadi 70 spanduk untuk menyambut Pak Mahfud, di mana spanduk itu juga berisi foto Pak Ganjar hilang,” kata Ronny.