Jakarta – Emiten nikel Grup Harita PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) secara resmi mengumumkan baru saja memberikan fasilitas pinjaman senilai Rp500 miliar kepada anak usaha PT Gane Tambang Sentosa (PT GTS).
Corporate Secretary Trimegah Bangun Persada Franssoka Y. Sumarwi mengakatan perjanjian pinjam meminjam tersebut tertuang dalam surat perjanjian No.089/P/LGL/TBP/XII/ 2023 antara perseroan dengan PT GTS tanggal 8 Desember 2023.
“Nilai transaksi tersebut adalah sebesar-besarnya Rp500 miliar, dengan bunga 8% per tahun,” kata Franssoka dalam keterangannya, Rabu (13/12)
Dia melanjutkan, jangka waktu perjanjian pinjaman adalah selama 5 (lima) tahun sejak tanggal pencairan pinjaman pertama kali. Adapun, tujuan dari peminjaman tersebut adalah untuk keperluan belanja modal dan kegiatan operasional rutin PT GTS.
“Tidak terdapat dampak material atas kejadian, informasi atau fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan,” kata Dia
Transaksi tersebut adalah transaksi afiliasi yang dikecualikan dari kewajiban menggunakan Penilai dan memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dahulu, sebagaimana dimaksud dalam POJK No. 42/2020, karena PT GTS merupakan Perusahaan Terkendali yang sahamnya dimiliki 99% oleh perseroan.
Transaksi juga tidak bersifat material dikarenakan nilai Transaksi lebih rendah 20% dari ekuitas Perseroan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.
Adapun sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) membukukan lonjakan pendapatan menjadi Rp17,29 triliun sepanjang kuartal III/2023.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Harita Nickel mencatatkan kenaikan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar 135,11% menjadi Rp17,29 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp7,35 triliun.
Pendapatan tersebut didorong oleh pengolahan nikel senilai Rp14,86 triliun dan penambangan nikel sebesar Rp2,43 triliun. Segmen pengolahan nikel juga masih banyak ditopang oleh kontrak dengan pihak ketiga yaitu Lygend Resources and Technology Co.Ltd. sebesar 40%.
Seiring dengan pendapatan yang melambung, beban pokok penjualan juga tercatat meningkat menjadi Rp11,16 triliun. Beban ini naik 210,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,59 triliun.
Manajemen NCKL mengatakan kontribusi pendapatan dan laba bersih yang meningkat di tengah harga nikel yang melemah ditopang oleh peningkatan kapasitas produksi di smelter High Pressure Acid leach (HPAL) dan smelter Rotary kiln Electric Furnace (RKEF).